Pengalaman Kuliah di Jepang
Di bawah ini pengalaman kuliah di Jepang Renny Novianty, saat mulai kuliah di sekolah Bahasa Jepang di College of Business and Communication di Kanagawa Jepang. Renny menghubungi JIN pertama kali pada bulan Agustus 2014. Mendaftar sekolah bahasa melalui JIN pada bulan Oktober/November 2014, berangkat ke Jepang bulan Maret 2015 dan mulai sekolah bahasa bulan April 2015.
Hajimemashite, Renny to moushimasu. Saat ini, saya sekolah bahasa Jepang di College of Business and Communication atau dalam bahasa Jepangnya, 外語ビジネス専門学校 (gaigo bijinesu senmon gakkou). Saya sendiri lulusan sastra Jepang di salah satu universitas di Indonesia. Namun, karena saya ingin lebih mendalami kebudayaan, gaya hidup, dan mencari pengalaman di negara Jepang, maka saya memutuskan untuk masuk sekolah bahasa Jepang dengan tujuan, yaitu dapat bekerja di perusahaan Jepang, baik di Jepang maupun di Indonesia.
Baru saja tinggal sebulan di Jepang, masih ada sedikit rasa homesick atau rindu sama negara sendiri. Awalnya agak kaget dengan kehidupan di Jepang, caranya naik kereta, membuat suica atau pasmo, makanan, tata cara membuang sampah yang benar, dan tentu saja komunikasi dengan keluarga. Di Jepang jarang sekali ada kemacetan karena umumnya orang-orang di Jepang menggunakan kereta, bus, atau sepeda untuk pergi ke kantor, kampus, sekolah, dan mall. Kereta dan bus memiliki jadwal sendiri, maka dari itu kita tidak perlu khawatir akan telat karena kereta dan bus selalu tepat waktu. Jadi, kita dapat memperkirakan sendiri jam berapa kita berangkat dan sampai di tempat tujuan supaya tidak telat. Bagi saya yang tinggal jauh dari kampus atau sekolahnya harus menggunakan kereta dan takut uangnya habis untuk ongkos, jangan khawatir karena disini tersedia teikiken atau tiket bulanan. Tiket bulanan ini bisa dalam bentuk tiket atau kartu dan kemudian diberi pilihan jangka waktu satu bulan, tiga bulan, dan enam bulan. Karena waktu enam bulan adalah yang paling murah, jadi tentu saja sebagai mahasiswa saya memilih jangka waktu enam bulan.
Apabila ryuugakusei khawatir bagaimana cara menyimpan uang di sini atau butuh dikirim uang bulanan dari orang tua, biasanya sekolah akan membantu untuk membuka tabungan di bank Jepang. Apabila di Indonesia membutuhkan tanda tangan untuk membuka buku tabungan, maka di Jepang membutuhkan cap atas nama kita sendiri. Cap tersebut disebut inkan. Setelah membuat buku tabungan, maka nantinya buku tabungan juga akan dibutuhkan ketika kita ingin membeli handphone (keitaidenwa) dan juga arubaito.
Kesulitan bagi orang Indonesia yang tinggal di Jepang adalah menyesuaikan diri atau beradaptasi karena semua diharuskan untuk disiplin. Bahkan ketika kita naik eskalator, kita harus berdiri di sebelah kiri apabila tidak terburu-buru dan memberikan jalan di sebelah kanan. Selain itu, apabila kita memiliki kendala saat berkomunikasi dalam bahasa Jepang, biasanya mereka akan membantu untuk memperbaikinya. Jangan khawatir apabila ada perkataan yang salah, mereka pasti akan membantu.
Bagi orang Indonesia yang beragama islam, termasuk saya, mencari makanan adalah hal yang sulit. Pertama, disini banyak sekali yang menjual 豚肉 (buta niku) atau ポーク (pooku) alias daging babi. Jadi, sebelum membeli pastikan kalau kalian tahu betul kanjinya atau kata tersebut dalam katakana. Selain itu, solusinya kita dapat makanan yang mengandung ikan, yaitu sushi. Kita juga dapat makan udon karena mereka juga menjual tempura. Kita juga dapat mencari toko makanan halal di internet. Kalau dulu ketika saya ikut summer course, dekat kampus terdapat toko yang menjual bentou dengan cap halal, di belakang kampus waseda. Biasanya, untuk sekali makan kita harus mengeluarkan uang setidaknya 400 yen atau kurang lebih Rp 41.000,00. Harga tersebut sudah termasuk murah apabila kita jajan di luar. Tapi kalau kita masak sendiri atau membuat bentou sendiri, tentunya akan lebih hemat.
Agar hidup di Jepang lebih hemat, kita dapat melakukan kerja part time atau arubaito untuk menutupi kebutuhan kita sebagai ryuugakusei. Arubaito dapat membantu kita untuk meningkatkan bahasa Jepang dengan berkomunikasi dengan partner arubaito kita dan juga menambah pengalaman hidup di Jepang. Disiplin terhadap waktu merupakan hal yang paling penting ketika hidup di Jepang. Jadi usahakan untuk menyesuaikan dengan keadaan yang ada di Jepang. Ketika melakukan part time, terdapat batas jam yang diberikan oleh pemerintah Jepang terhadap ryuugakusei, yaitu maksimal 28 jam per minggu. Maka dari itu carilah part time yang kita suka dan aturlah waktu sebaik mungkin agar tidak mengganggu aktivitas di kampus atau sekolah.
Ikuti kami dengan mengklik SUKA dan BAGIKAN di bawah ini.