Japan Indonesia Network (JIN) menerbitkan cerita pengalaman siswa, murid, pelajar, ataupun mahasiswa dari Indonesia yang sekolah sma, sekolah bahasa, atau kuliah S1, S2, atau S3 di Jepang di halaman website Japan Indonesia Network. Di bawah ini ‘Pengalaman Tak Ternilai Sekolah di Jepang’ yang ditulis oleh Ricky Han pada bulan Januari 2018. Judul asli tulisan Ricky: “Pengalaman Tidak Ternilai di Negeri Impian”. Pengalaman Tak Ternilai Sekolah di Jepang judul yang lebih generik yang disesuaikan oleh JIN. Ricky Han berasal dari Lubuk Linggau, konsultasi dengan JIN melalui media komunikasi daring dan akhirnya berkunjung ke kantor JIN pada tahun 2016. Sejak Januari 2017 balajar Bahasa Jepang di Akamonkai Japanese Language School, dan lulus bulan Maret 2018.

Pengalaman Tidak Ternilai di Negeri Impian

Halo, perkenalkan saya Ricky Han, saya berasal dari sebuah kota kecil di provinsi Sumatera Selatan, Lubuk Linggau. Sekarang saya masih berstatus aktif sebagai pelajar di 赤門会日本語学校 (Akamonkai Japenese Language School) dan bekerja sebagai IT Accounting (part-time) di sebuah perusahaan kecil di Tokyo, Jepang . Berawal dari ketertarikan saya terhadap sebuah negara Jepang khususnya budaya, kedispilinan, dan arsitektur kotanya yang sangat bagus, timbul di dalam benak saya mencoba untuk mencari pengalaman di Jepang.

Pada awal tahun 2016, saya setiap hari giat mencari berbagai informasi mengenai jepang, khususnya cara untuk tinggal/menetap di sana dalam waktu panjang. Sampai pada akhirnya saya mendapatkan ide untuk melanjutkan pendidikan saya di Jepang dan saya menemukan sebuah Agen sekolah bahasa Jepang di kota kembang, Bandung yaitu JIN (Japan Indonesia Network). Pada awalnya saya menghubungi pihak JIN dan mendapat pelayanan secara profesional, sampai akhirnya pada bulan Mei 2016 saya memutuskan untuk datang langsung ke kantor pusat JIN di Bandung. Di kantor pusat saya langsung dilayani oleh Mayumi Oyama Sensei selaku pemilik dan direktur JIN tersebut. Berbekal pengetahuan seadanya, saya diperkenalkan dan diarahkan oleh beliau untuk memilih sekolah yang sesuai keinginan dan budget serta wawasan saya diperluas mengenai kehidupan dan budaya di Jepang.

Selang beberapa waktu setelah berpikir secara matang, saya memutuskan untuk memilih salah satu sekolah bahasa swasta di Tokyo, 赤門会日本語学校 (Akamonkai Japenese Language School) yang berada di area Nippori. Pada bulan Agustus 2016, melalui JIN, saya mendaftar dan mengirimkan semua berkas-berkas yang diperlukan sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan di jepang. Hanya butuh waktu 3 bulan saja sampai ‘Certificate of Eligibility’ (CoE) saya keluar dari imigrasi Jepang. Perasaan pada saat CoE saya keluar, tidak bisa diungkapkan betapa bahagia saat itu sambil membayangkan rencana-rencana yang ingin dilakukan di Jepang .

Tepat tanggal 5 Januari 2017, saya menginjakan kaki di Tokyo, dimana antara rasa senang, ‘exciting’ , dan sedih bercampur aduk jadi satu dan dari sinilah perjuangan saya dimulai. Berawal dari Masa Orientasi yang diadakan sekolah selama satu hari dan bersama-sama dengan murid dari berbagai negara, kita semua diperkenalkan peraturan dan sistem pembelajaran di sekolah serta budaya jepang. Singkat cerita, 1 bulan pertama  merupakan masa adaptasi dimana semua terasa sulit baik dari segi bahasa, gaya hidup (kedisiplinan), dan lingkungan sosial (pertemanan). Setelah itu perlahan lahan sekolah pun menjadi terasa sangat menyenangkan, karena mendapatkan teman dari berbagai negara dan pengajar yang sangat baik dan mengayomi. Satu hal yang sangat bagus menurut saya terhadap ‘Akamonkai’ yaitu sistem pembelajaran yang ketat (intensive) dimana semua murid dituntut untuk mampu mencapai standar kelulusan minimal 80% di setiap ujiannya. Pada awalnya sistem sekolah ini membuat mental saya ‘down’ , tetapi karena kita dituntut untuk bisa, dampaknya sangat besar sekali, dalam waktu kurang dari 1 bulan, saya sudah bisa lancar membaca hiragana dan katakana, dan dalam waktu 3 bulan sudah bisa melakukan percakapan sederhana walaupun masih dalam proses belajar.

Satu hal yang membuat saya tidak takut akan masalah uang  di Tokyo adalah kita diijinkan melakukan ‘arubaito’ (kerja part time) 28 jam/minggu. Tidak membutuhkan waktu lama bagi saya untuk mendapatkan ‘arubaito’ di Tokyo, karena lowongan ‘arubaito’ di jepang sangatlah banyak, dan sekolah akan membantu kita jika kita membutuhkan kerja paruh waktu. Walaupun hanya ‘arubaito’ tetapi gaji yang akan kita terima bisa menutupi biaya hidup kita sehari-hari dan bisa membeli barang yang kita inginkan, menyenangkan bukan ?

Tidak terasa sudah lebih dari 1 tahun saya bersekolah dan berkerja paruh waktu di jepang, bermacam macam pengalaman tak ternilai sekolah di Jepang, teman baru pun saya dapatkan dan itu tidak ternilai harganya. Jadi buat teman–teman sekalian yang mempunyai ketertarikan terhadap Jepang, jangan takut untuk mencoba mencari pengalaman di Jepang, karena kehidupan di Jepang tidak sesulit yang dibayangkan.

——-
Wujudkan impian

Ingin mendapatkan ‘pengalaman tak ternilai sekolah di Jepang’? Wujudkan impian sekolah/kuliah di Jepang bersama Japan Indonesia Network. Ketercapaian tujuan anda/putra-putri anda, perhatian utama JIN. Hubungi JIN di info@jin.co.id, Tel/WA 022-20451463/0812-1477-937, LINE jin_office atau follow instagram kami japan.indonesia.network

Lihat cerita seru pengalaman siswa, murid, pelajar, ataupun mahasiswa yang sekolah atau kuliah sarjana, master, ataupun doktor di Jepang, di halaman JIN. Ikuti kami dan bagikan informasi tentang JIN dengan klik LIKE atau SHARE di bawah ini: