WINTER PROGRAM DI OSAKA JEPANG
Pengalaman Zulkifli N. Kurniawan
Zulkifli N. Kurniawan mengikuti Winter Progam di J-Kokusai Gakuin (Japanese Communication International School) di Osaka Jepang selama 2 minggu, mulai tanggal 21 Januari sampai 4 Februari 2013. Zulkifli mendaftar program winter melalui JIN. Di bawah ini kesan Zulkifli setelah mengikuti program tersebut.
*********************************
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Oyama-san karena telah memberikan informasi kepada saya mengenai program musim dingin di negara Jepang. Ketika mengetahui adanya program tersebut saya langsung antusias karena cita-cita saya yang harus tercapai adalah untuk mengunjungi negara tersebut entah dalam rangka studi maupun rekreasi. Baiklah kalau begitu langsung saja saya sampaikan kesan dan pesan saya selama mengikuti program tersebut. Mungkin cerita saya ini akan sedikit panjang karena dari awal kedatangan sampai kepada proses kepulangan akan saya ceritakan disini. Hal ini agar Oyama-san mengetahui apa saja yang saya dapatkan di dalam sekolah tersebut.
Pada hari keberangkatan ke Jepang yaitu tanggal 20 Januari 2013, saya diantarkan oleh keluarga saya ke terminal D bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. Pesawat yang akan saya gunakan ternyata berangkat sedikit terlambat dari jadwal yang seharusnya sehingga pada saat transit di Malaysia saya harus berlarian ke gate pesawat yang akan saya gunakan ke Jepang. Dan tenyata benar, petugas bandara Malaysia sudah memanggil saya untuk segera menaiki pesawat. Ketika saya masuk ke dalam pesawat banyak orang yang memperhatikan saya, mungkin di pikiran mereka berkata “oh orang ini yang membuat pesawat ini tidak berangkat tepat waktu”. Nah, kemudian pesawat pun berangkat dengan tujuan ke Jepang namun kejadian yang unik kembali saya alami di dalam pesawat. Ketika itu ada pramugari melewati saya, dia berasal dari Jepang, hal itu saya ketahui dari nama dan lambang bendera di name tag yang digunakannya. Kemudian dia menawarkan saya minuman dan dia menyebutkan “biiru?” karena saya tidak paham apa minuman tersebut dan saya belum pernah dengar maka saya terima saja minuman tersebut, setelah saya coba ternyata minuman itu adalah Bir!. Saya yang sedikit mencobanya langsung tidak lagi meminumnya karena akan buruk jika saya tiba-tiba mabuk di dalam pesawat. Pengalaman itu merupakan pengalaman yang lucu dan menarik jika saya ingat-ingat lagi, setelah itu tidak ada kejadian yang aneh-aneh dan pesawat pun mendarat dengan selamat di bandara internasional Kansai, Jepang.
Ketika pesawat mendarat saya dan penumpang yang lain berjalan seperti baisa ke daerah baggage claim untuk mengambil bagasi saya, sebelum saya sampai di tempat yang saya tuju saya melihat nama saya tertulis di papan pengumuman yang dibawa oleh petugas bandara Kansai, lalu sayapun mendatangi petugas tersebut dan menanyakan ada permasalahan apa. Ternyata setelah saya tanyakan dan sedikit kurang mengerti karena bahasa Inggris petugas tersebut kurang lancar, bagasi saya belum sampai ke Jepang karena ada miss pada saat transit di bandara Malaysia. Hal tersebut tidak hanya terjadi kepada saya namun juga kepada lima orang Indonesia lainnya. Petugas bandara tersebut berkata akan dikirimkan ke hotel yang saya tempati pada keesokan harinya.
Setelah melalui proses imigrasi yang tidak terlalu lama saya kemudian keluar dari Bandara, dan di situ ternyata telah ditunggu oleh seseorang guru dari J-Kokusai Gakuin dan kami pun berkenalan, dan ternyata guru tersebut bernama Tanimura-sensei. Kami menaiki bus untuk menuju ke sekolah, selama dalam perjalanan kami berbincang-bincang cukup lama menggunakan bahasa campuran Inggris dan Jepang. Setelah sampai di sekolah saya dipertemukan oleh Ten-san, staff di sekolah tersebut yang cukup mahir berbahasa Inggris, dia kemudian mengantarkan saya ke tempat menginap di Daikokucho yaitu di Weekly Green menggunakan subway train. Hari pertama kedatangan saya di Jepang saya habiskan di dalam kamar untuk mengisi tenaga saya yang hilang selama perjalanan ke Jepang.
Hari pertama sekolah, saya berangkat pada pukul 8.30 sementara sekolah masuk pada pukul 9.55 waktu Jepang. Hal itu saya lakukan karena dengan perkiraan saya akan tersesat dan butuh waktu lama menemukan sekolah, dan ternyata kejadian tersebut benar-benar terjadi. Pintu keluar di stasiun Hommachi ada 28 pintu keluar dan pintu keluar yang dekat dengan sekolah adalah pintu keluar nomor 21 yang sayangnya hal tersebut baru saya ketahui pada saat saya diberitahu oleh sensei di sekolah. Saya tersesat di perjalanan menuju sekolah, saya kemudian ditolong oleh sesorang yang bernama Tanaka-san yang memberitahukan jalan yang benar untuk menuju ke sekolah. Saya tiba di sekolah dengan waktu keterlambatan 15 menit dan para sensei menanyai saya kenapa terlambat, saya jawab dengan bahasa Inggris jika saya tersesat di perjalanan dan sensei pun dapat memakluminya.
Hari itu kami belajar basic japanesse lesson yang meskipun saya tidak begitu paham namun saya tetap berusaha untuk mengerti, sampai pada pukul 12.30 lalu dilanjutkan kembali dengan games pada pukul 13.30 setelah sebelumnya ada istirahat makan siang. Games yang dilakukan setelah makan siang itu sangat menarik karena berhubungan dengan huruf-huruf hiragana, yang tentu saja saya antusias mengikuti permainan tersebut. Sensei menyebutkan sebuah kalimat dalam bahasa Jepang dan kami semua harus memperhatikan huruf pertama yang disebutkan oleh sensei, huruf-huruf tersebut ada pada kartu yang disebar untuk kami tebak. Akhirnya pada saat jam pulang sekolah saya kembali ke penginapan bersama teman-teman dari Taiwan, hanya saya seorang diri yang berasal dari Indonesia. Hari pertama dilalui dengan penuh petualangan dan menyenangkan. Pada hari berikutnya kami belajar seperti biasa lalu pada saat jam makan siang saya bersama teman-teman berkunjung ke sebuah kedai soba di dekat sekolah, kami lalu memesan makanan yang kami inginkan masing-masing, saya dengan tanpa ragu memesan Zarusoba yang ternyata saya sadari bahwa saya salah memesan menu karena soba yang pesan biasa dimakan pada saat musim panas sedangkan pada waktu itu sedang musim dingin. Tetapi karena sudah terlanjur memesan maka saya tetap menghabiskan makanan tersebut.
Setelah sekolah usai, kami memutuskan untuk mengunjungi Umeda atau tepatnya di Sky View, Umeda. Pemandangan dari Sky View tersebut sangat menakjubkan, kami dapat melihat kota Osaka secara keseluruhan hingga dapat melihat bandara Kansai, tetapi udara di atas gedung sangatlah dingin, kami kagum pada petugas yang berjaga di atas karena dapat menahan suhu udara yang sangat dingin tersebut. Kami kembali ke hotel pada pukul 20.30 lalu langsung istirahat untuk bersekolah kembali pada esok harinya. Foto: makan siang di Umeda, gedung Sky View, pemandangan dari Sky View dan Okonomiyaki untuk makan malam.
Hari-hari berikutnya saya tidak pernah lagi tersesat ke sekolah karena sudah hapal pintu keluar yang dekat dengan sekolah. Kami sempat berkunjung ke Shinsaibashi, pusat perbelanjaan di Osaka. Tempat tersebut memang penuh dengan toko – toko yang menjual berbagai macam barang, tidak hanya itu saja namun banyak juga jajanan yang rasanya enak di Shinsaibashi salah satunya adalah Takoyaki. Berbeda dengan Takoyaki di Indonesia, Takoyaki di Jepang diisi dengan Tako yang besar – besar dan rasa rempah – rempahnya lebih terasa dibandingkan Takoyaki di Indonesia. Satu lagi tempat yang saya kunjungi di Shinsaibashi adalah Pachinko and Slot, tempat tersebut adalah tempat perjudian yang populer sehingga saya penasaran untuk memasukinya dan ternyata memang benar, di dalam tempat tersebut penuh dengan laki – laki paruh baya yang berjudi. Karena saya tidak membawa uang banyak, saya memutuskan untuk tidak mencobanya.
Pengalaman berikutnya yang sangat mengesankan adalah saat pergi ke Kyoto tepatnya ke Kinkaku-ji dan Kiyomizu Dera. Sensei sudah mengingatkan kami semua untuk menggunakan pakaian yang lebih tebal dari biasanya karena suhu di Kyoto lebih dingin daripada di Osaka, dan benar saja ketika kami tiba kami langsung disambut dengan suhu dingin yang menusuk kulit. Banyak wisatawan asing yang datang ke Kinkaku-ji, saya sempat melihat ada wisatawan asal Indonesia juga yang berada disitu. Kami mendokumentasikan setiap tempat-tempat indah yang ada di Kinkaku-ji tersebut, sayangnya pada waktu itu tidak ada salju yang turun, mungkin jika ada salju tempat tersebut akan lebih indah. Perjalanan dilanjutkan ke Kiyomizu Dera setelah makan siang selesai pada pukul 13.00, makan siang tersebut menyenangkan bagi saya karena ternyata makan siang tersebut all you can eat, kami dapat makan sepuasnya berbagai makanan yang dihidangkan. Kiyomizu Dera tidak kalah mengejutkan dari Kinkaku-ji, di lokasi tersebut tersebar kuil-kuil, yang menariknya lagi bangunan tersebut dibangun diatas gunung dengan ditopang kayu-kayu besar. Kami menghabiskan waktu di Kiyomizu Dera untuk membeli souvenir bagi keluarga di Indonesia, ada jajanan yang menurut saya sangat enak namun saya tidak ingat namanya namun bentuknya seperti kue mochi berwarna hijau dan isinya berupa kacang merah, sampai sekarang saya masih ingat dengan jelas rasa manisnya.
Foto: Gerbang masuk Shinsaibashi, makan siang, papan reklame di Shinsaibashi yang terkenal, foto daerah komersial dan pembuat Takoyaki ‘asli’, Kinkakuji (Golden Temple), danau di Kinkakuji, makan siang Tabehodai, beberapa foto di Kyomizudera, bersama teman-teman Winter Program dari Taiwan <3.
Perjalanan kami bersama pihak sekolah berakhir setelah kunjungan ke Universal Studio Japan (USJ). Tempat ini adalah tempat yang paling saya inginkan karena entah kapan lagi saya dapat kembali ke USJ, saya rasa semua teman-teman saya juga berpikir demikian. Tidak perlu membuang waktu, kami langsung berfoto bersama dengan latar belakang lambang USJ yang terkenal itu. Kami bebas berkeliling lokasi tersebut, saya memutuskan untuk bergabung bersama dua teman saya agar lebih nyaman dalam berkeliling karena saya tidak terlalu suka dengan kelompok yang terlalu besar. Kami bertiga menjelajahi setiap sudut USJ dan mencoba beragam wahana disana seperti Spiderman, Back to the Future, Jurassic Park, dan lainnya. Sensei mengingatkan kami untuk berkumpul di lokasi tertentu pada jam makan siang. Saya terkejut melihat harga pizza yang akan kami gunakan untuk santap siang karena berbeda jauh dengan harga pizza di Indonesia. Di Jepang harga satu loyang pizza mencapai 350.000 rupiah sedangkan di Indonesia dengan harga tersebut bisa didapat 3 hingga 4 loyang pizza. Tapi karena ini adalah acara sekolah maka kami tidak perlu mengeluarkan uang untuk makan siang. Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan kami di USJ hingga pukul 17.00 kami kembali lagi ke sekolah menggunakan JR. Di sekolah kami melakukan acara penutupan rangkaian kegiatan selama 2 minggu yang menyenangkan ini. Sedih rasanya meninggalkan sekolah dan para sensei yang selalu membantu kami selama 2 minggu. Acara ditutup dengan pemberiaan sertifikat dan foto bersama para sensei yang bertugas membantu kami. Terus terang saja saya tidak ingin meninggalkan negara tersebut. Saya sangat menyukai keadaanya yang teratur, bersih, dan orang-orang di jepang yang saling menghormati sesama manusia. Mereka selalu membantu dengan sungguh-sungguh dan tanpa pamrih.
Foto: Universal Studo Japan yang ada di Osaka.
Hari minggu, satu hari sebelum kembali ke Indonesia, saya bersama dua orang teman saya memutuskan untuk berjalan-jalan terakhir kalinya, kami memutuskan pergi ke Nara untuk berkunjung ke kuil yang penuh dengan rusa. Kami berangkat pada pukul 9.30 dan sampai di lokasi pada pukul 10.30 dan langsung tempat pertama yang dituju adalah tempat makan karena rasa lapar yang ditahan sejak pagi. Setelah makan siang kami berkunjung ke Tendou-ji, disana banyak sekali rusa yang akan menyerbu jika diberi makan. Uniknya rusa tersebut akan menunduk jika kami menunduk kepadanya, mungkin kebiasan orang Jepang ini ditularkan hingga ke rusanya juga. Kuil Tendou-ji tidaklah terlalu luas namun isi dari kuil tersebut cukup menakjubkan, ada patung Buddha raksasa beserta patung-patung lainnya. Setelah selesai melihat-lihat pemandangan yang menakjubkan di sana kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju stasiun sambil menikmati keadaan kota Nara yang kecil namun menarik. Kami kembali lagi ke hotel menggunakan JR, sebelum kembali ke kamar masing-masing untuk persiapan pulang keesokan harinya, kami saling berpamitan, saya cukup sedih untuk berpisah dengan mereka karena mereka selalu mendampingi saya selama dua minggu, mereka berdua fasih berbahasa Inggris dan Jepang sedangkan yang lainnya cenderung malu-malu untuk menggunakan bahasa Inggris. Oleh karena itu kami cukup berat untuk berpisah namun kami berjanji jika salah satu dari kami ada yang berkunjung ke negara masing-masing maka yang berkunjung akan dilayani untuk diajak ke tempat-tempat yang menarik. Akhirnya kami bertiga kembali ke kamar masing-masing dan menyiapkan keperluan kami untuk kembali ke tanah air masing-masing.
Foto: suasana di Todaiji Nara.
Keesokan harinya saya sudah bangun sejak pukul 4.30 karena sensei sudah berpesan akan dijemput pada pukul 6.40 pagi. Setelah segala persiapan telah selesai saya turun ke lobby pada pukul 6.30, hanya menunggu 5 menit di lobby, Tanimura-sensei sudah datang menjemput saya di luar hotel. Setelah menyerahkan kunci kamar pada petugas hotel, saya beserta sensei bergegas menuju stasiun untuk berangkat ke Hommachi. Sesampainya disana kami sudah ditunggu oleh mobil yang akan membawa kami ke bandara Kansai. Selama kira-kira 45 menit perjalanan dari Hommachi ke Kansai kami tidak terlalu sering berbincang-bincang, selain karena masih sedikit mengantuk saya juga tidak terlalu mood untuk berbincang-bincang. Sesampainya di Kansai, sensei membantu saya menurunkan barang-barang kemudian kami saling mengucapkan selamat tinggal. Ada seorang sensei dari Taiwan yang ikut membantu saya sampai pada proses check in di bandara, Tsai-sensei mengantarkan saya sampai gerbang masuk di dalam bandara. Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada sensei sebelum kami berpisah. Pesawat saya berangkat pada pukul 11.00 tepat waktu dan tiba di Indonesia pada pukul 19.30 terlambat 25 menit dari jadwal seharusnya.
Keluarga saya sudah menanti di bandara sejak pukul 19.00, perasaan saya waktu tiba di Indonesia senang sekaligus sedih, senang karena berjumpa lagi dengan keluarga saya namun sedih karena meninggalkan negara Jepang. Saya sangat merindukan rasa kare di restoran kare dekat tempat saya menginap. Sangat banyak kenangan yang terjadi di Jepang yang tidak bisa saya jelaskan disini satu persatu. Baiklah saya kira cukup sampai disini cerita saya mengenai kesan-kesan saya selama berada di Jepang. Pesan saya tolong diperbanyak informasi seperti program sekolah jangka pendek seperti ini, saya rasa akan banyak peminat karena anak-anak muda Indonesia atau Bandung khususnya banyak yang tertarik untuk pergi ke Jepang, apalagi tidak hanya sekedar jalan – jalan namun juga memperoleh ilmu. Terima kasih sebanyak – banyaknya kepada Oyama-san dari Japan Indonesia Network dan pihak lain yang menyelenggarakan acara ini.
*********************************
Hubungi JIN di info@jin.co.id, Tel/WA 022-20451463/0812-1477-937, LINE jin_office atau follow instagram kami japan.indonesia.network
Ikuti kami dengan mengklik SUKA dan BAGIKAN di bawah ini.